Prosesi Pemakaman Gubernur Jendral Hindia Belanda Pieter Merkus yang Luar Biasa di Surabaya.

Penelehhistory.com: Surabaya (29/5/24) – Gubernur Jendral Hindia Belanda, Pieter Merkus, meninggal di Gedung Negara Grahadi (d/h Huiz van Simpang) pada tahun 1844, tetapi makamnya ada di Pemakaman Belanda Peneleh, yang dibuka tahun 1847. Kok bisa?

Berikut catatan koresponden harian De Locomotief (Semarang), yang bertugas di Surabaya. Beritanya terbit pada Senin, 8 Desember 1900 sebagaimana terarsif oleh delpher.nl.

Setelah lebih dari setengah abad yang lalu (15 Agustus 1844), sebuah upacara yang paling mengesankan terjadi di Surabaya. Pieter Merkus, diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke 47. Ia memerintah antara tahun 1841—1844. Pada tanggal 13 Februari 1843, ia mendapat tugas ke wilayah Ujung Timur Jawa (Oosthoek) dan dalam tugas dinasnya, ia meninggal pada 2 Agustus 1844.

Ketika Pieter Merkus tiba di Surabaya dan memulai tugasnya dalam kondisi sakit. Awalnya ia berkunjung ke bagian timur Jawa, Banjoewangi dan selanjutnya ke Surabaya. Di Surabaya ia tinggal di Huiz van Simpang (Grahadi) dan meninggal disana pada 2 Agustus 1844. Kematiannya disayangkan oleh banyak orang karena Pieter Merkus dikenal sebagai seorang Gubernur Jendral yang paling manusiawi dan saleh.

Pemakamannya dilakukan tiga belas hari kemudian karena harus menunggu peti mati dengan design khusus agar pantas untuk seorang gubernur jendral. Juga dibutuhkan waktu untuk proses pembalseman sebelum dimasukkan ke dalam peti mati, yang terbuat dari besi.
Peti mati ini dibuat oleh satu satunya bengkel industri besi di Surabaya, milik Tuan F. Bayer.

Sebetulnya, pada saat itu, juga ada industri besi lain tapi lebih fokus ke pembuatan artileri. Yaitu Artileri Construktie Winkle (ACW).
Pabrik milik Tuan Bayer, De Volharding, termasuk pabrik yang menyediakan barang dan onderdil untuk permesinan seperti untuk pabrik gula dan perbentengan. Kala itu di pertengahan abad 19.

Pabrik ini banyak menyerap tenaga kerja lokal. Mereka pun senang sehingga pabrik ini pernah mendapat penghargaan dari pemerintah. Dianugerahi Order of the Netherlands Lion oleh Koning Willem II, sebuah penghargaan yang memang pantas didapatkan.

Dimakamkan di Gereja

Dalam prosesi pemakaman, banyak orang menyaksikan kemegahan. Banyak orang yang datang melihat prosesi ini dengan berdiri membentuk pagar orang di sepanjang jalan yang dilalui mulai dari Huiz van Simpang (Grahadi) hingga ke pemakaman di kompleks Benteng Prins Hendrik (red: kini di sekitar jalan Benteng Surabaya).

Warga Surabaya, yang datang memberi penghormatan dengan berpakaian kebesarannya dan kedaerahannya sebagai orang Surabaya (pribumi). Mereka berjalan mulai dari Simpang ke alun alun kecil di depan Benteng Prins Hendrik. Di sana ada gereja di mana Pieter Merkus dikuburkan.

Pieter Merkus dimakamkan di gereja karena lahan pemakaman yang layak sudah tidak ada. Tidak ada lagi ruang di pemakaman Eropa di Krembangan. Pada tahun itu 1844, pemakaman Krembangan sudah tidak bisa menampung orang mati. Tidak mungkin orang setingkat Gubernur Jendral disisipkan di pemakaman umum saat itu. Saat itu pula pemakaman Peneleh belum ada.

Pagi-pagi sekali prosesi pemakaman berangkat dan berjalan pelan tapi megah sekali. Seluruh kekuatan garnisun, milisi angkatan laut berjalan mengiringi. Spanduk spanduk bela sungkawa menghiasi jalanan. Warnanya hitam simbol rasa berkabung. Dalam perjalanan diiringi oleh alunan musik duka yang dalam jarak beberapa meter di dentumkan meriam meriam hingga sampai gereja di depan Benteng.

Sebelum jasad sang Gubernur Jenderal dikebumikan, bunga bunga ditaburkan ke dalam tanah yang menganga. Baru setelah jasad dikebumikan, karangan bunga menutupi kuburan. Di sekeliling kuburan dipasang pagar besi beraksen gotic. Di sekitar pemakaman juga sudah ada dua nisan dan monumen dari kuburan Mayor Insinyur P.P.C. Ondaatje dan van den letnan laut kelas satu L.F. Van Hoogenhuyze. Yang terakhir ini tewas dalam ekspedisi Bali. Disanalah di komplek Benteng Prins Hendrik, Gubernur Jendral Pieter Merkus dimakamkan. Merkus meninggal di usia 56 tahun.

 

Bongkar Kuburan

Di dunia ini memang tidak ada yang langgeng. Makam tempat beristirahat terakhir pun juga tidak langgeng. Pada masanya makam Pieter Merkus di Benteng ini juga harus digali kembali, tulang tulangnya dikumpulkan dan dipindahkan ke Peneleh, setelah kompleks makam Peneleh dibuka pada 1 Desember 1847.

Pada saat yang bersamaan, gereja dan Benteng harus dibongkar demi perkembangan Surabaya. Benteng, gereja dan alun alun dibongkar untuk pembangunan jalur kereta Gubeng-Kalimas Timur. Gubernur Jendral Rochussen bertanggung jawab atas pembongkaran kuburan demi pembangunan. Rochussen adalah Gubernur Jenderal yang secara resmi membangun Masjid Kemayoran bersama Residen Surabaya Daniel Francois Willem Pietermaat Makamnya juga ada di Peneleh.

(Red: Gubernur Jendral J.J. Rochussen adalah seorang Gubernur Jendral yang membangun masjid Kemayoran pada kurun waktu 1844-1848. Ia atas nama pemerintah bersama Residen Surabaya Daniel. Francois Willem Petermaat dan Bupati Surabaya Kromodjoyodirono).

Ketiga kuburan itu: Pieter Merkus, Mayor Insinyur P.P.C. Ondaatje dan van den letnan di laut kelas satu L.F. Van Hoogenhuyze dibongkar dan dipindahkan.

Pembongkaran makam Pieter Merkus cukup sulit. Karena peti mati telah dikemas begitu rapat. Didapati kotak kayu yang di dalamnya dilapisi timah juga sudah lapuk. Juga terdapat retakan pada lempeng timahnya. Tentu saja tidak mungkin memindahkan barang-barang dalam keadaan itu, karena estetika dan kesopanan masih dibutuhkan untuk menghormati Gubernur Jendral. Jika dibuat kotak mati yang baru maka butuh waktu dan ukuran peti mati yang baru dan harus berdimensi lebih besar.

Lalu ada sesuatu yang lain. Para petugas pembongkar makam tidak ada yang ragu dengan dua monumen (kuburan) lainnya yang sudah ada di sana jauh sebelum Pieter Merkus dikubur.

Bagaimanapun dua set tulang (Pieter Merkus dan Van Hoogenhuyze) diangkat dan dipindahkan ke makam Peneleh. Sementara tulang belulang Ondaatje dipindahkan ke Krembangan.

(Red: Sebelum ada Makam Peneleh, juga pernah ada Makam krembangan dekat kota bertembok Surabaya).
Pieter Merkus dan Van Hoogenhuyz diberangkatkan ke Peneleh pada 1 Desember 1847 setelah peresmian pembukaan Makam Peneleh.

Gubernur Jendral Pieter Merkus dan Van Hoogenhuyz menjadi orang pertama menempati Makam Belanda Peneleh.
(Red: lokasi makam Pieter Merkus istimewa, persis di depan pintu besi komplek makam yang menghadap jalan Kerkkoff, sekarang jalan Makam Peneleh)

Iring-Iringan Pemindahan.

Meski pun sudah berupa tulang belulang, prosesi pemindahannya diiringi dengan prosesi besar. Hadir dalam prosesi itu di antaranya pejabat Residen, Kolonel, Komandan Divisi dan Asisten Residen, Kepala Dewan Hindia Belanda, Staur, dua mobil jenazah. Satu mobil membawa peti mati Jenderal Merkus, dan yang kedua membawa perwira angkatan laut Van Hoogenhuyze.

Iring-iringan ini dimulai dari Benteng yang melewati permukiman militer di Kampenmenstraat (red: sekarang KH Mas Mansyur), Pabean, Kembang Dje-poon, Jembatan Merah (menyeberangi Kalimas), lewat depan Kantor Residen, Willemskade (jalan Jembatan Merah), Gerbang Kota (pertigaan jalan Centrawasih dan jalan Jembatan Merah), Sociéteit straat (Jalan Veteran), Taman Kota (Gedung BI), Pasar Besar, Jembatan Jagalan (menyeberang sungai) dan seterusnya sampai pemakaman Peneleh.

Sekitar pukul empat sore iring-iringan tulang sampai di Peneleh. Meski hanya tulang belulang yang diiring, tapi tidak menghilangkan rasa hormat kepada mendiang Gubernur Jendral Pieter Merkus. Di sinilah kuburan baru Pieter Merkus berada. Kuburannya dikelilingi pagar besi bermotif gotic, yang pernah dipakai di pemakaman gereja di Benteng Prins Hendrik.

Nisannya berupa plat besi berinskripsi yang berbunyi:

Paduka Mr. Pieter Merkus, komandan orde Nederlandsche Leeuw, Ksatria Legiun Kehormatan Perancis, Gubernur Jendral Hindia Belanda, Panglima Angkatan Darat dan Angkatan Laut di sebelah timur Tanjung Harapan dan seterusnya, wafat di rumah Simpang tanggal 2 Agustus 1844″.

Itulah kisah yang ditulis oleh koresponden De Locomotief (Semarang) pada 8 Desember 1900. (nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *