Penelehhistory.com: Surabaya (28/8/24) – Pangeran Harya Wironegoro, suami dari Putri Mahkota Mangkubumi, putri pertama Hamengkubuwono X dengan Ratu (Queen) Hemas, dan Putri Mahkota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, mengunjungi Pius X College di Bladel, Belanda. Bladel adalah sebuah kota di Belanda yang terletak di provinsi Noord Brabant.
Kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan pertukaran pelajar dengan Indonesia. Selama kunjungan, Pangeran menemani sekelompok pelajar dari SMA Tumbuh Yogyakarta. Pangeran Wironegoro adalah pelindung Pius. Kunjungan ini merupakan bagian dari tur yang lebih besar, di mana Jerman juga akan dikunjungi.
Exhibition Budaya Indonesia
Kelompok tersebut tiba di sekolah pada Selasa pagi waktu setempat. Kunjungan dimulai di salah satu ruang kelas dengan tujuan untuk mengenal para pelajar dan guru.
Pertukaran Pelajar dengan Indonesia ini merupakan inisiatif dari guru Henny Damen. Menurutnya, kegiatan ini penting agar para pelajar bisa lebih mengenal budaya lain.
“Faktanya, Pangeran ini adalah pelindung sekolah ini dan ini sangat keren,” katanya kepada Omroep Brabant, media lokal yang berafiliasi dengan NOS Nieuws.
Pada kesempatan itu, Pangeran Wironegoro membuka pameran karya seni oleh pelajar Indonesia di sekolah tersebut. Ia juga merefleksikan pentingnya pertukaran budaya. Kunjungan ini diakhiri dengan pertunjukan tari tradisional Indonesia di aula.
Berbagi Informasi
Berita tentang kunjungan Pangeran Haryo ke sekolah di Bladel, Belanda, tidak dapat dipisahkan dari informasi yang dibagikan oleh seorang warga negara Belanda yang pernah mengunjungi Surabaya beberapa waktu lalu. Namanya adalah Rozemarijn Ank, yang datang bersama suami dan dua anaknya. Menurutnya, Bladel dekat dengan kota tempat orang tuanya tinggal. Informasi yang dibagikan dipublikasikan oleh media NOS Nieuws.
“Seorang Pangeran Indonesia mengunjungi sekolah dekat tempat orang tua saya,” kata Roze melalui pesan WA-nya.
Komunikasi Rozemarijn dengan Surabaya tidak terlepas dari latar belakang sejarah. Nenek moyangnya adalah orang Surabaya lokal yang dimakamkan di pemakaman Eropa Peneleh. Dia merasa memiliki ikatan dengan Surabaya. Sebelum meninggalkan Surabaya pada waktu itu, dia mengatakan bahwa dia akan tetap berhubungan dengan Surabaya. Janji ini terwujud dengan berbagi informasi terkait kedua negara: Indonesia dan Belanda. Dia tahu bahwa di Surabaya ada proyek bersama antara Surabaya dan Amsterdam yang disebut “Peneleh sebagai Perpustakaan Hidup”. (nng)