Study Konservasi bersama Balai Pelestarian Kebudayaan XI di Makam Belanda Peneleh Surabaya

Penelehhistory.com: Surabaya (26/5/24) – Makam Bekanda Peneleh tidak lepas dengan adanya aktivitas orang-orang Eropa yang datang ke Surabaya pada tahun 1912. Lima tahun kemudian Orang Belanda membuka pos perdagangan VOC di Surabaya. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tinggal di Kota Surabaya, pemerintah Belanda membangun fasilitas umum seperti tempat ibadah, rumah sakit, tempat tinggal, kantor, tembok kota, gudang, hingga kompleks permakaman.

Sejak hari selasa, 21 Mei 2024 BPK XI melakukan study konservasi Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) Makam Peneleh 10 tokoh diantaranya: PJB de Peres, Van der Tuuk, Ursuline Sister, Daniel Francois Willem Pietermaat, Paul Francois Corneille, Martinus van den Elzen, Gottfried Josef Julius, Pieter Merkus, Ohannes Kurkdjian, dan Albert H.M. Dostal

Pada awalnya hanya 9 tokoh yang akan di uji coba, namun 1 diantaranya yaitu mausoleum karena arsitekturnya unik dan berbeda dengan yang lain maka makam didata juga.

Output dari kegiatan ini berupa data uji coba atau data rekomendasi untuk proses konservasi Makam Peneleh kedepannya. Seperti menggunakan metode apa, bahannya apa saja dan konsentrasinya berapa. Selama kegiatan lapangan diawali dengan observasi mendata kondisi dan tumbuhan apa saja yang ada di 10 makam tersebut. Seperti lumut, alga, protolichenes dan tumbuhan liar yang lain.

Untuk mengatasi kerusakan tersebut tentunya menggunakan bahan dan komposisi yang berbeda-beda. Contoh ketika mengatasi korosi menggunakn larutan Asam Sistrat Konsentrasinya juga tergantung kerusakan lalu didiamkan. Langkah selanjutnya untuk mengetahui hasil uji bahan digosok dengan air dan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bangunan. Jika, masih belum hilang korosinya maka konsentrasi dinaikkan. Sedangkan untuk membersihkan lumut dan lichense menggunakan larutan minyak atsiri serai wangi.

Adapun langkah-langkah dalam proses study konservasi untuk mengetahui hasil uji bahan:

  1. Observasi tiap makam. Mendata bahan yang digunakan makam tersebut, kerusakan dan jenis tumbuhan liar
  2. Menentukan bahan uji coba dan metode tergantung kerusakan dan bahan dari makam
  3. Mengaplikasi bahan dilakukan mulai dari konsentrasi terendah dan disesuaikan jenis bahannya
  4. Evaluasi, bisa 1 hari kalau pada lumut selama 2 hari
  5. Hasil rekomendasi, menggunakan yang paling efektif maka yang ada diaplikasikan ke objeknya

Rekomendasi konservasi berupa mengembalikan bentuk semula “meskipun di foto lama ada contoh, kita tidak bisa membuat baru karena tidak ada ukurannya” kata Bapak Nugroho Harjo Lukito. Ketika menambahkan bagian yang hilang harus ada data mulai bentuk bahan harus sama dengan yang asli (ifa).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *